expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 22 Februari 2012

Mati Ketawa Ala Dokter Muda, bag. 2


Bahasa Latin

ilustrasi disfagia (net
Diceritakan pada suatu ketika di poliklinik THT sebuah rumah sakit, seorang dokter muda sedang melaporkan pasien yang telah diperiksanya kepada salah seorang dokter konsulen yang bertugas di poli waktu itu. Karena dikenal lumayan 'killer' mental sang dokter muda menciut, menyebabkan dirinya gugup dalam menjelaskan kondisi dan pemeriksaan pasien.

Pada kolom keluhan utama, dokter muda tersebut mencantumkan “sulit menelan”, sedangkan pada riwayat penyakit dia menyebutkan “nyeri menelan” (kedua istilah ini berbeda dalam kedokteran). Dokter spesialis yang melihat gelagat kurang baik dari dokter muda langsung memotong penjelasannya tersebut. Beliau menanyakan mengapa dirinya tidak konsisten dalam pemeriksaan pasien. Dokter THT lalu menambah pertanyaannya apakah dokter muda tersebut bisa menyebutkan perbedaan antara 'nyeri menelan' dan 'sulit menelan'. 

Mati Ketawa Ala Dokter Muda, bag. 1

Pengantar:
Cerita-cerita berikut merupakan kejadian sebenarnya yang mengalami sedikit modifikasi untuk menambah aspek humor. Semua cerita lucu ini terjadi di rumah sakit ketika saya masih menjalani kepaniteraan klinik. Sebagian pernah diterbitkan di buletin dokter muda, "Kamar Apel.com".

Tonsil adalah sesuatu...

tonsil (net)
Dokter muda memang manusia yang penuh humor. Setiap sisi kehidupannya tak lepas dari humor dan candaan. Bisa dibayangkan kalau humor tidak terdapat pada mereka, maka dunia perkoasan (maaf, bukan perkosaan) akan terasa kaku dan membosankan.

Cerita ini terjadi (kembali) di Ruang OK (ruang operasi) sebuah rumah sakit. Seorang konsulen THT tampak dengan sangat teliti mengamati tonsil (amandel, red) seorang pasien yang didiagnosa tonsillitis kronis. Pasien tersebut sudah tak sadarkan diri akibat pengaruh obat bius yang diberikan oleh dokter anastesi.

Karena ingin memberi ilmu kepada mahasiwa nya sekaligus ingin mengetes kemampuan daya serap para mahasiswa terhadap ilmu yang didapat selama menjalani kepaniteraan klinik di poli THT, sang konsulen tersebut lalu memanggil para koas. Ketika itu terdapat tiga orang dokter muda (DM) senior di bagian THT. “Apa yang kalian lihat ini?” tanyanya sambil menunjuk salah satu ke arah tonsil yang akan di operasi. “Tonsil, dok”, jawab mereka bertiga mantap. “Oke, Mr. A, apa itu tonsil?”. Dengan penuh percaya diri DM itu menjawab, “Tonsil adalah sebuah organ, bla..bla,,”. “Salah, coba kamu Mr. B”, konsulen menimpali. “Tonsil adalah sebuah jaringan, bla..bla..”, jawab DM kedua. Karena masih belum puas, konsulen bertanya kepada DM ketiga. “Tonsil adalah sesuatu yang..hmm..yang..mudah tetapi...susah diungkapkan, dok”. Hehehe...

Sabtu, 18 Februari 2012

Kopi di Jerman

(Dimuat di rubrik Citizen Repoter Harian Serambi Indonesia, 13 Februari 2012)

suasana sebuah cafe di Jerman (Maimun Rizal)
Mungkin hanya sedikit orang yang mengetahui bahwa selain terkenal sebagai penggila bir, orang Jerman juga sangat menyukai kopi. Faktanya, jumlah kopi yang diminum oleh masyarakat Jerman melebihi konsumsi bir mereka, yang telah menjadi trademark orang Jerman sebagai peminum bir paling besar di dunia. Konsumsi kopi di negara ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun, rata-rata sebesar 146 liter per kapita pertahun pada tahun 2007, lebih tinggi dari konsumsi air mineral dan suplemen vitamin yang hanya 130,4 liter serta bir yang hanya 116 liter saja. Hal ini menyebabkan kopi sebagai minuman yang paling banyak dikonsumsi di Jerman. Selain itu, menurut sebuah survey, rata-rata orang Jerman membeli kopi (baik berbetuk bubuk maupun biji) sebanyak 6,1 kg per orang setiap tahunnya!

Jumat, 17 Februari 2012

3Gs for one G

Ilustrasi Pemilihan Umum (net)


"To achieve a G (glory) on an election, people are still using other 3Gs; Gold (money), Government (power) and Gun (violence). That’s normal, even in developed countries (like in the US); the candidates are still applying one of these methods to win. However, only primitive people in primitive countries in Africa and some parts in Asia are applying the last." (Muhsin, 2012)

Dalam Bahasa Indonesia:
"Untuk meraih sebuah G (glory atau kejayaan) dalam sebuah pemilihan umum, orang-orang masih menggunakan 3 G lainnya: Gold (emas) atau uang, Government (pemerintah) atau kekuasaan dan Gun (senjata) atau kekerasan. Itu hal yang wajar, bahkan di negara maju (seperti di Amerika Serikat); para calon masih menerapkan salah satu dari ketiga metode ini untuk menang. Tetapi, hanya orang-orang primitif di negara-negara primitif di Afrika dan beberapa belahan Asia yang masih menggunakan cara yang terakhir (senjata atau kekerasan)" (Muhsin, 2012)

Rabu, 15 Februari 2012

SAMPAH di Facebook


SAMPAH!Ô  (net)
Sering kita menganggap facebook layaknya situs pribadi tempat curhat yang selalu setia menjadi tempat kita berkeluh-kesah. Keberadaan FB sepertinya menggantikan diari yang mencatat segala keseharian kita dari bangun pagi hingga tidur lagi. Tapi bukankah diari yang biasa digunakan buat nulis itu kebanyakan memiliki gembok supaya orang lain tidak bisa membacanya? Tapi kenapa kita membiarkan orang lain 'membaca' keseharian kita dalam facebook?


Pernahkah kamu merasa bahwa status yang diupdate temanmu adalah sesuatu yang nggak penting untuk diketahui sama sekali? Menurut kamu berapa persen status facebook yang bermamfaat buatmu, 70, 60, 50% atau bahkan kurang dari itu. Selebihnya? Ya, status-status yang nggak penting tapi selalu saja menghiasi home facebook kita. Tahukah kamu bahwa teman-teman yang ada dalam friend list mu ibarat tong sampah yang terpaksa menampung puluhan status tidak penting yang kamu buang setiap harinya?

Minggu, 12 Februari 2012

Miras, pembunuh berdarah dingin


Kapal pesiar Italia yang terbalik (net)

Sebuah berita mengejutkan datang dari Italia beberapa minggu yang lalu. Sebuah kapal pesiar mewah berbendera Italia yang mengangkut ribuan orang kaya dari berbagai negara berlabuh terlalu dekat dengan sebuah pulau sehingga menabrak sebuah karang di pulau tersebut. Tak dinyana, kapal mewah bernama Costa Concordia itu langsung berat sebelah sehingga membuat suasana para penumpang yang sedang bergembira menikmati makan malamnya gempar dan panik. Adegan bak film “Titanic“ yang melambungkan nama aktor Leonardo di Caprio itu pun terulang. Orang lari pontang panting menyelematkan diri. Kegaduhan yang diceritakan banyak orang sebagai sebuah mimpi buruk itu pun menewaskan 13 orang, dan menyisakan beberapa orang lainnya yang masih hilang. Semua orang kemudian menyalahkan sang Kapten, Francesco Schettinoe yang dianggap lalai sehingga menyebabkan belasan orang tewas. Usut punya usut sesaat sebelum kejadian tersebut, sang kapten ditengarai sedang berkencan dengan seorang wanita muda bernama Domnica Cermotan. Mereka menghabiskan sebotol wine (anggur) beberapa jam sebelum kapal tersebut terbalik.

Minggu, 08 Januari 2012

Mayoritas-minoritas atau sukuisme?

Dimuat pada Harian Aceh,  Februari 2011

Anti SARA (internet)
Pada acara peringatan 20 tahun reunifikasi Jerman Oktober tahun lalu, dalam pidato tertulisnya, Presiden Jerman, Christian Wulff membuat pernyataan yang mengguncang Jerman saat itu. Dia menyebut bahwa Islam, sama seperti agama yang sudah ada di Jerman; Kristen dan Yahudi merupakan bagian dari Jerman (´Der Islam gehört zu Deutschland´). Terang saja, statement kontroversial ini menyulut reaksi pro dan kontra dari masyarakatnya, hingga selang beberapa menit kemudian, Kanselir Jerman, yang merupakan pemimpin tertinggi negara federasi ini, Angela Merkel langsung meralat pidato sang Presiden. ´Der Islam gehört nicht zu Deutschland´ (Islam bukan bagian dari Jerman), katanya tegas.

Menuju Peningkatan Pelayanan Kesehatan di Aceh

(Dimuat di rubrik Opini Harian Serambi Indonesia, September 2011)

Seorang dokter anak di Jerman. (muhsin)
“Apa yang bisa saya bantu?“, tanya seorang perempuan pirang berjas putih panjang di depan saya dalam Bahasa Jerman yang normal, tidak terlalu cepat maupun lambat. “Bisa Anda berbicara bahasa Inggris?”, tanya saya dengan bahasa Jerman terbatas. “Ya, tentu. So, apa keluhan Anda?“, ujarnya. Saya menceritakan dengan sistematis masalah yang dialami istri saya termasuk mengenai kehamilannya yang memasuki minggu-minggu awal. Dengan penuh perhatian dia mendengarkan keluhan kami, lalu memeriksa istri saya. Semua proses tersebut berlangsung lebih dari tiga puluh menit. Dokter tersebut dengan sabar menjelaskan semua yang kami tanyakan.

Islam Solusi Pandemi Flu Babi

(Tulisan lama saya [November 2009] ketika Flu Babi sedang marak-maraknya diperbincangkan di dunia. Kenyataannya wabah tersebut belum hilang dari muka bumi.)

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah ...”(QS. Al-Maidah: 3)
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah...” (QS. Al-Baqarah: 173)
“Katakanlah: ‘Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah…” (Al An’am:  145)

Mata rantai penyebaran Flu Babi (internet)
Pada laporan terakhir yang diterbitkan pada Sabtu (9/5) lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan virus N1H1 yang lebih dikenal dengan virus Flu Babi telah menginfeksi lebih dari 3.440 orang di 29 negara seluruh dunia. Angka tertinggi terjadi di Meksiko dengan menewaskan 45 orang. Amerika Serikat, sang super power, tidak ketinggalan diserbu oleh flu yang hanya berukuran 80-120 nanometer (sekitar seperseribu ukuran rambut manusia) itu. Hanya selang satu hari, infeksi Flu Babi di AS meningkat dua kali lipat menjadi 2.200 kasus pada hari Minggu kemarin. Angka ini diperkirakan akan terus bertambah di banyak negara. WHO bahkan telah meningkatkan status pandemik flu babi menjadi Fase 5 yaitu fase imminent atau “sudah dekat” dari 6 fase keseluruhan. 

Sabtu, 07 Januari 2012

Hari Raya Tanpa 'Timphan' di Jerman

Di muat pada rubrik Citizen reporter, Harian Serambi Indonesia, September 2011

Mahasiswa Aceh berhari raya di Jerman (zuhra sofyan)
Apalah arti hari raya tanpa timphan, ujar seorang teman kepada saya beberapa waktu lalu; ibarat kopi tanpa gula, hidup tanpa cita-cita. Begitulah kira-kira gambaran hari raya bagi masyarakat Aceh di Jerman. Kalau keinginan sudah tak terbendung lagi, timphan made in Germany bisa saja menjadi solusi, walau tidak se-orinsinil dan selezat jika dibuat di negara asalnya. Alasannya sangat logis, menggunakan alumunium foil sebagai pengganti daun pisang memang akan mengurangi rasa dan aromanya. Menemukan daun pisang muda juga bukan perkara mudah, selain susah didapat, harganya juga tidak terbilang murah. Wajar, barang import harganya selalu di atas rata-rata.

Jerman di bulan Desember

Suasana Pasar Natal di Jerman. (muhsin) 
(Dimuat di www.acehcorner.com, edisi Januari 2012)
Ahad siang. Matahari masih malu-malu menampakkan wajahnya, hingga membuat suhu menjadi sangat dingin bahkan di bawah nol derajat celsius. Salju yang turun sejak beberapa minggu lalu masih saja menebal di beberapa tempat. Di jalan, lalu lalang kenderaan bermotor perlahan-lahan membuat salju tersebut mencair menimbulkan becek parah di sana-sini sehingga menimbulkan kesan jorok.