New RSU Zainoel Abidin (foto: internet) |
Sebuah berita menarik di muat
oleh media di Aceh beberapa minggu lalu. Berita yang berjudul “Jerman Tawarkan Rp 1,1 T” itu mengabarkan
tentang penawaran kerja sama pembangunan lima rumah sakit regional di Aceh yang
diajukan oleh pemerintah Jerman diwakili oleh grup bank KfW (Kreditanstalt für Wiederaufbau)
melalui sebuah unit bisnisnya KfW entwicklungsbank (Bank Pembangunan Jerman).
Komitmen ini dituangkan dalam bentuk Program “New Aceh Health Project” (Proyek
Kesehatan Baru Aceh). Proyek tersebut mengemuka setelah adanya pertemuan pada
tanggal 27 Februari 2013 yang dihadiri oleh pejabat kFw Jerman di Aceh Dr dr
Philips Stokoe dan Gubernur Aceh dr Zaini Abdullah serta beberapa pejabat Aceh
lainnya. Dalam pertemuan tersebut KfW menawarkan pinjaman dana segar rendah
bunga (soft loan) sebesar 88 juta Euro atau Rp 1,1 triliun (kurs 1 Euro =
Rp.12.500) untuk membangun lima rumah sakit baru yang akan dijadikan rumah
sakit regional serta untuk pembenahan dan pemeliharaan beberapa rumah sakit di
Aceh. Dalam berita tersebut juga disebutkan mengenai mekanisme pengembalian
pinjaman tersebut yaitu dengan di cicil sebanyak 15 kali, Rp. 94 milyar sekali
cicil. Pinjaman ini diharapkan mampu mengatasi masalah kesehatan di Aceh.
Apa yang menarik untuk dianalisis
menyangkut penawaran pinjaman oleh pemerintah Jerman kepada pemerintah Aceh ini?
Yang pertama adalah penawaran pinjaman berbunga rendah (3% per tahun) ini
bersamaan momentumnya dengan semakin meningkatnya kemesraan hubungan Indonesia
– Jerman dalam dua tahun terakhir ini setelah 60 tahun di bina. Hal itu
dibuktikan dengan kunjungan dua pejabat tinggi Jerman, Presiden Jerman
Christian Wullf pada akhir 2011 yang kemudian diikuti oleh kunjungan Kanselir
Jerman Angela Merkel beberapa bulan
kemudian. Bulan lalu Menteri Luar Negeri Jerman, Guido Westerwelle juga
mengunjungi Indonesia untuk meninjau proyek pemugaran Candi Borobudur yang dibiayai pemerintah Jerman.
Kunjungan-kunjungan pejabat tinggi Jerman ini diikuti oleh kunjungan Presiden
SBY ke Jerman selama tiga hari mulai hari ini (3/3) yang berencana membahas
beberapa kerjasama kedua negara di bidang perdagangan, ekonomi, riset dan
teknologi, kesehatan serta pendidikan sebagai tindak lanjut pertemuan antara
kedua pemimpin itu tujuh bulan lalu di Jakarta.
Jerman memandang Indonesia
sebagai mitra penting dalam sektor ekonomi dan kerjasama finansial dengan
melihat jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 6 %
pada tahun lalu. Hal ini juga dipengaruhi oleh krisis ekonomi yang melanda
negara-negara eropa akhir-akhir ini yang menyebabkan beberapa negara anggota Uni
Eropa kolaps. Krisis ini memaksa negara-negara di benua biru itu untuk mencari
pasar baru yang potensial untuk investasi modalnya, termasuk Indonesia. Dalam
sebuah artikel di koran berbahasa Jerman, menyebutkan bahwa Indonesia adalah
partner stategis Jerman dalam bidang ekonomi dan investasi, salah satunya
adalah karena Indonesia termasuk pengimpor utama produk-produk Jerman walaupun
neraca perdagangan kedua negara mengalami surplus.
Hal kedua yang menurut penulis
menarik untuk mengkritisi pinjaman dana tersebut adalah menyangkut urgensi
(keharusan yang mendesak) pembangunan lima rumah sakit regional di lima
kabupaten di Aceh di tengah-tengah keberadaan rumah sakit umum daerah (RSUD) yang
ada selama ini. Saat ini terdapat 20 rumah sakit umum tipe C yang miliki oleh
pemerintah kabupaten/kota dan 2 rumah sakit umum tipe B yaitu RSU Zainoel
Abidin yang dimiliki oleh Pemerintah Aceh dan RSUD Langsa, milik pemerintah
kota Langsa, serta ditambah dengan lebih 25 rumah sakit lainnya yang dimiliki
oleh swasta maupun militer dan ratusan puskesmas yang tersebar di setiap
kecamatan di Aceh. Rumah sakit-rumah sakit maupun puskesmas ini memperkerjakan puluhan
ribu tenaga medis untuk melayani sepertiga penduduk Aceh yang mengunjungi
fasilitas kesehatan ini setiap bulannya.
Jikalau pembangunan lima rumah
sakit ini jadi dilaksanakan, maka setidaknya ada dua masalah yang akan timbul.
Masalah yang pertama adalah ketersediaan sumber daya manusia yang nantinya akan
mengoperasikan rumah sakit tersebut. Masalah ini bukanlah sesuatu yang bisa
diselesaikan dalam jangka pendek mengingat pengangkatan tenaga kerja, baik
kontrak maupun pegawai tetap, memiliki konsekuensi pada peningkatan anggaran yang
akan dikeluarkan oleh pemerintah. Masalah kedua yang bisa timbul adalah jenjang
rujukan pasien yang semakin berlapis. Saat ini pasien harus melewati beberapa
tahap rujukan untuk bisa berobat di rumah sakit rujukan tipe B (RSU Zainoel
Abidin), dari Puskesmas hingga ke RS kabupaten/kota baru kemudian di rujuk ke
RSU Zainoel Abidin. Proses rujukan yang berlapis ini, disatu sisi baik untuk
mengurangi bertumpuknya pasien di RSU Provinsi, tapi disisi lain mengakibatkan
penanganan pasien menjadi terkendala. Beberapa kasus bahkan hingga menyebabkan
kematian seperti yang diberitakan oleh media massa terjadi akibat tidak ada
koordinasi sistem rujukan antar rumah sakit. Adanya rumah sakit regional di
lima kabupaten memang akan sangat membantu mengurangi jumlah pasien di RS
provinsi serta mengurangi biaya yang dikeluarkan pasien maupun keluarganya,
tapi disisi lain malah akan menimbulkan masalah jikalau fasilitas dan sumber
daya manusia yang ada di RS regional tersebut sama dengan RS kabupaten/kota
yang ada selama ini.
Analisis ketiga mengapa penawaran
pinjaman dana segar ini menarik adalah ditinjau dari kebutuhan dana tersebut
untuk meningkatkan kualitas kesehatan di Aceh seiring dengan belum terpenuhinya
alokasi anggaran kesehatan pada APBA 2013 seperti yang disebutkan dalam
evaluasi Mendagri yang diberitakan oleh media akhir-akhir ini. Mendagri
menyebutkan bahwa baru 9,42 persen atau Rp 1,065 triliun dari yang seharusnya
10 persen atau Rp 1,178 triliun yang diplotkan dari total pagu belanja APBA
2013 senilai Rp 11,785 triliun, sesuai dengan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan yang mewajibkan alokasi minimal 10% untuk kesehatan dari total pagu
belanja APBD.
Sebagian besar alokasi anggaran
kesehatan pada APBA selama tiga tahun ini diperuntukkan untuk program asuransi
kesehatan (Jaminan Kesehatan Aceh, JKA). Program ini mengambil jatah hampir
setengah dari total anggaran yang
diperuntukkan untuk kesehatan pada APBA 2013.
Padahal efektifitas program ini belum diketahui dengan jelas. Belum ada
data-data yang mendukung berkaitan dengan meningkatnya kualitas kesehatan di
Aceh pasca program JKA ini. Indikator-indikator yang menunjukkan kualitas
kesehatan di suatu daerah seperti angka kematian ibu dan bayi baru lahir belum
menunjukkan perubahan yang signifikan, minimal seperti yang diberitakan oleh
media massa selama ini. Program ini menurut penulis lebih pada program untuk
menyenangkan semua pihak: masyarakat (dengan pengobatan gratisnya), petugas
kesehatan (dengan penambahan tunjangan yang diterima), pemerintah (dengan biaya
operasionalnya), serta PT Askes, tanpa memberikan mamfaat yang signifikan
terhadap peningkatan kualitas kesehatan di Aceh.
Program JKA ini juga belum mampu
menurunkan angka kunjungan wisata kesehatan (berobat) ke luar negeri. Di satu
sisi, Pemerintah Aceh mengelontorkan hampir setengah triliun rupiah per tahunnya
untuk subsidi masyarakat miskin berobat di dalam negeri, sedang di sisi lain
setengah milyar rupiah per bulan uang masyarakat kalangan menengah di Aceh
dihabiskan di rumah sakit-rumah sakit di Malaysia. Sungguh sebuah ironi
ditengah angka kemiskinan yang hampir mencapai 50% dari total penduduk Aceh. Padahal meningkatnya angka kunjungan pasien ke
luar negeri lebih disebabkan oleh kurangnya pelayanan yang diterima pasien di
Rumah Sakit milik pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan beberapa keluhan
masyarakat yang mewarnai pemberitaan media massa hampir setiap harinya. Dalam
beberapa tulisan di beberapa mediai, saya selalu menekankan bahwa penyebab
kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kualitas kesehatan di negara kita,
termasuk di Aceh adalah kurangnya kualitas pelayanan yang diberikan oleh rumah
sakit dan perangkat kerjanya kepada masyarakat. Ini seharusnya menjadi poin
penting dan titik tolak dalam membenahi masalah kesehatan di Aceh.
Solusi
Pada dasarnya
Pemerintah Aceh dibolehkan untuk mencari pinjaman dana segar dari pihak lain di
luar pemerintah pusat, termasuk dari luar negeri, untuk membiayai pembangunan
Aceh. Hal ini tercantum dalam pasal Pasal 186 ayat 1 Undang-Undang No. 11 tahun 2006
tentang Pemerintahan Aceh (UUPA) yang berbunyi: “ Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota dapat memperoleh pinjaman
dari Pemerintah yang dananya bersumber dari luar negeri atau bersumber selain
dari pinjaman luar negeri dengan persetujuan Menteri Keuangan setelah mendapat
pertimbangan dari Menteri Dalam Negeri”.
Apalagi pinjaman tersebut berasal dari negara yang kemampuan ekonominya terbukti mumpuni sekelas Jerman. Lebih lanjut,
Pemerintah Jerman dan KfW ikut membantu pemulihan sektor kesehatan di Aceh
pasca tsunami tahun 2004. Salah satunya adalah pembangunan RSU Zainoel Abidin
yang baru yang memiliki 350 tempat tidur serta fasilitas pendukung lainnya yang
lengkap. Rumah sakit yang pembangunannya membutuhkan dana 31 juta Euro (setara
Rp 387,5 milyar) bantuan (grant) dari pemerintah Jerman ini di mulai pada tahun
2006 hingga diresmikan pada tahun 2010 lalu. Selain itu, KfW juga saat ini
memiliki proyek ekplorasi geothermal di Aceh dengan nilai proyek sebesar 7,7 juta
Euro (setara dengan Rp. 96,2 milyar) yang proses ekplorasinya berlangsung selama
dua tahun hingga tahun 2013 ini. Pembangunan pembangkitnya sendiri akan
membutuhkan waktu 5 tahun hingga 2018 yang nantinya akan menghasilkan energi
listrik sebesar 55 Mega Watt.
Menyangkut dengan peminjaman uang pada KfW ini, penulis menawarkan
beberapa pemikiran. Yang pertama adalah dana pinjaman tersebut bisa saja
digunakan untuk pembangunan lima rumah sakit regional di lima kabupaten di
Aceh, tetapi fasilitas dan sumber daya manusia harus lebih bagus dari yang
dimiliki oleh rumah sakit kabupaten/kota yang ada sekarang. Mengenai sumber
daya manusia yang dibutuhkan, Pemerintah Aceh bisa menempatkan petugas
kesehatan yang berlebih pada suatu rumah sakit provinsi ataupun kabupaten/kota
ke rumah sakit regional tersebut, atau merekrut tenaga baru yang otomatis akan
meningkatkan belanja pegawai pada APBA. Solusi modernisasi alat dan sumber daya
manusia di RS kabupaten/kota juga seharusnya mendapatkan porsi yang besar dari
dana pinjaman tersebut. Sehingga pemafaatannya menjadi lebih bagus. Terakhir,
seperti yang disampaikan oleh Bapak Gubernur, monitoring dan evaluasi juga
sangat diperlukan, sehingga kebocoran dana yang kita lihat akhir-akhir ini, yang
menempatkan provinsi Aceh sebagai provinsi terkorup di Indonesia, tidak terjadi
lagi.
Semua kita seharusnya sadar bahwa uang ini adalah pinjaman yang nantinya
harus kita kembalikan. Akan menjadi penting untuk memikirkan pengembalian
pinjaman ini mengingat belum ada jaminan bahwa dalam 15 tahun ke depan provinsi
Aceh masih menjadi provinsi kaya dengan APBD termasuk tinggi di Indonesia.
Begitu juga dengan kurs rupiah terhadap euro yang sangat fluktuatif yang bisa
jadi menyebabkan pinjaman ini menjadi lebih besar. Tapi apapun konsekuensi yang
nantinya diambil oleh pemimpin daerah ini, penulis hanya bisa berdoa semoga
cita-cita pemimpin Aceh yang baru untuk mewujudkan Aceh yang sejahtera,
khususnya di bidang kesehatan bisa terwujud hendaknya. Amin Ya Rabbal ‘alamin.
Salam sejahtera!
BalasHapusNama saya Dewi Rumapea, saya berasal dari kota SEMARANG, Indonesia. Saya ingin menggunakan medium ini untuk memaklumkan semua dalam kumpulan ini mencari pinjaman yang sangat berhati-hati kerana ada penipuan di mana-mana. Beberapa bulan yang lalu, saya secara kewangan turun dan saya memutuskan untuk mendapatkan pinjaman dari Man di Malaysia dan saya tertipu oleh pemberi pinjaman palsu di Malaysia. Saya hampir kehilangan harapan sehingga seorang kawan saya merujuk saya kepada pemberi pinjaman yang sangat dipercayai dan tulen yang dipanggil Puan Glory, seorang pemberi pinjaman swasta yang meminjamkan saya pinjaman sebanyak Rp500,000,000 tanpa tekanan, pada kadar faedah 2% yang merupakan kadar yang berpatutan untuk saya.
Selepas memindahkan kredit saya ke akaun bank saya, saya sangat terkejut apabila saya menyemak baki akaun bank saya dan mendapati bahawa jumlah saya memohon, telah dipindahkan terus ke akaun saya, oleh Ibu Glory, tanpa berlengah-lengah. Jadi saya berjanji kepada ibu Glory bahawa saya akan berkongsi berita baik agar orang ramai mendapat pinjaman mudah tanpa tekanan. Jadi, jika anda memerlukan sebarang pinjaman, sila hubungi Puan Glory melalui email: gloryloanfirm@gmail.com
Saya menggunakan masa ini untuk memaklumkan kepada anda semua bahawa anda boleh menghubungi saya melalui e-mel saya: dewiputeri9@gmail.com atau anda boleh menghubungi Nur Izzatul Azira Ismail, dari Malaysia yang memperkenalkan saya dan memberitahu saya mengenai Puan Glory, Dia juga mendapat pinjaman dari Puan Glory, Anda juga boleh menghubunginya melalui e-mel: utariwirmayaty@gmail.com Kini, semua yang saya lakukan adalah cuba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya yang saya hantar terus ke akaun bulanan.
Nota: Tiada yuran insurans, yuran pendaftaran atau yuran pemindahan.
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT kerana menggunakan Ibu Glory untuk mengubah kisah kewangan saya dan kini saya seorang pemilik perniagaan saya yang bangga, semoga Allah terus memberkati Ibu Glory dan terus menggunakannya untuk membantu kita semua dalam kesulitan kewangan
Saya selalu berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan peminjam yang meminjamkan uang tanpa membayar terlebih dahulu.
BalasHapusJika Anda mencari pinjaman, perusahaan ini adalah semua yang Anda butuhkan. setiap perusahaan yang meminta Anda untuk biaya pendaftaran lari dari mereka.
saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS. yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah SUZAN INVESTMENT COMPANY. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir Rp35 juta di tangan pemberi pinjaman palsu.
Pembayaran yang fleksibel,
Suku bunga rendah,
Layanan berkualitas,
Komisi Tinggi jika Anda memperkenalkan pelanggan
Hubungi perusahaan: (Suzaninvestment@gmail.com)
Email pribadi saya: (Ammisha1213@gmail.com)