expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 10 Februari 2013

Musik ´Made in Germany´

Andreas Bourani (giga-music.de)
Musik bersifat universal. Dianya tidak terbatas ruang dan waktu apalagi bahasa. Walaupun demikian, mendengarkan lagu berbahasa yang asing di telinga kita adalah sesuatu yang tidak mudah. Selain susah untuk mencerna maksud dari lagu tersebut, lagu berbahasa asing juga sulit untuk dihafal maupun dilafal.

Selain lagu berbahasa Inggris yang sudah sejak lama populer di negara kita, lagu berbahasa Hindi juga digandrungi oleh sebagian masyarakat Indonesia. Sebagian lainnya terutama anak muda (ABG) lebih menyukai lagu-lagu berbahasa Korea sebangsa K-Pop. Booming K-Pop yang dipopulerkan oleh boyband maupun girlband asal Korea sekelas SNSD/Girls' Generation akhir-akhir ini mampu mengurangi dominasi lagu mandarin sebagai lagu oriental yang paling digemari beberapa tahun yang lalu. Perkembangan lagu Korea tersebut memang tidak dapat dipungkiri terjadi akibat boomingnya film-film korea (K-Movie) di Indonesia.
Lagu dalam bahasa lain, seperti bahasa Jerman, masih kurang populer di Indonesia. Menurut saya, alasannya bukan karena bahasa Jerman kurang menarik bagi orang Indonesia (sekarang terjadi tren peningkatan orang belajar bahasa Jerman di seluruh dunia termasuk di Indonesia), tapi lebih dikarenakan media pembawa lagu tersebut seperti film yang berbahasa Jerman, belum banyak masuk ke Indonesia. Popularitas film ikut mempengaruhi popularitas musik itu sendiri.

Faktanya di negaranya sendiri, lagu-lagu Jerman juga kalah bersaing dibandingkan lagu-lagu berbahasa Inggris. Ini dibuktikan dengan radio di Jerman seperti Radio 'Einslive' di bagian barat Jerman (bisa didengar disini) yang lebih sering memutar lagu berbahasa Inggris daripada lagu berbahasa Jerman, sekira tiga English song berbanding satu German song. Saya kira ini wajar mengingat industri musik berbahasa Inggris merupakan penghasil lagu terbesar di dunia. Popularitas ini juga dipengaruhi oleh film-film Hollywood yang mendominasi bioskop-bioskop diseluruh dunia, termasuk di Jerman.

Bagi Anda pecinta musik, mungkin tidak ada salahnya sesekali mendengarkan lagu berbahasa Jerman. Walau mungkin akan sedikit puyeng dengan bahasanya, saya yakin lagu-lagu Jerman tidak kalah dengan lagu internasional lainnya, baik lirik maupun musiknya sendiri. Apalagi bagi Anda yang berniat atau sedang belajar bahasa Jerman, biasanya lebih mudah mempelajari bahasa melalui lagu. Metode ini sudah diterapkan untuk berbagai bahasa di dunia beberapa dasawarsa yang lalu.

Banyak lagu Jerman yang musik maupun liriknya menarik untuk didengar. Tapi karena tidak cukup halaman menuliskan satu persatu, di sini saya hanya mereview beberapa lagu Jerman yang paling menarik menurut saya.

Lagu Jerman pertama yang saya dengar seumur hidup berjudul “Symphonie“ yang dinyanyikan oleh grup musik Silbermond yang cukup populer di Jerman saat ini.



Lagu ini menceritakan seorang cewek yang merasa sedih dengan nasib percintaannya yang diujung tanduk. “Und es ist besser wenn du gehst. Denn es ist Zeit. Sich ein zu gesteh'n dass es nicht geht. Es gibt nichts mehr zu reden. Denn wenn's nur regnet. Ist es besser aufzugeben.“ (Dan lebih baik kamu pergi. Karena inilah saatnya. Untuk mengakui bahwa cinta kita tidak berhasil. Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Karena ketika hujan, lebih baik kita menyerah”)

Lagu jerman lainnya yang menurut saya juga menarik adalah lagu berjudul ”Cello”. Anda pasti tahu, cello adalah alat musik gesek sejenis biola. Lagu ini dipopulerkan oleh Udo Lindenberg, mantan drummer pada acara serial televisi Jerman yang populer di era 70-an, yang berduet dengan penyanyi, rapper, sekaligus produser bernama Clueso (Thomas Hübner).



Sepenggal liriknya adalah: “Du spieltest Cello. In jedem Saal in unsrer Gegend. Ich saß immer in der ersten Reihe. Und ich fand dich so erregend“. (Kamu mainkan cello disetiap gedung kesenian di tempat kita. Aku selalu duduk dibarisan pertama. Dan menurutku kamu sangat menarik)

Ada sebuah lagu lagi yang menurut saya juga asik untuk didengarkan. Lagu ini berjudul “Nur In meinem Kopf“ (Hanya Didalam Kepalaku).



Dinyanyikan secara asik oleh Andreas Bourani, lagu ini menceritakan angan-angannya untuk mencintai seorang gadis. “Wir sind für 2 Sekunden Ewigkeit unsichtbar. Ich stopp die Zeit. Kann in Sekunden Fliegen lernen. Und weiß wie's sein kann, nie zu sterben. Die Welt durch deine Augen seh'n. Augen zu und durch Waende geh'n“. (Kita tidak kelihatan untuk abadi dalam dua detik. Aku dapat memberhentikan waktu, dapat belajar bagaimana terbang dalam beberapa detik. Dan tahu bagaimana rasanya hidup selamanya. Aku lihat dunia melalui matamu. Kututup mataku dan berjalan melewati dinding).

Itulah review singkat tiga lagu berbahasa Jerman yang menurut saya menarik untuk didengar, khususnya bagi Anda pecinta musik yang ingin sesekali mencoba jenis musik yang berbeda. Walau lagu-lagu tersebut tidak Anda mengerti, tapi paling tidak Anda terhibur dengan musiknya yang apik. Selamat mendengarkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar