expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 28 Januari 2009

Tour De Malaysia: Enjoy Malaysia!

First day; The Memories of “Payeh Bad Story”

Apartment di GMI (mufti ali nasution)
Kalau misalnya tiba-tiba seorang wartawan media massa meminta tanggapanku mengenai transportasi public di Malaysia pada saat liburan, aku pasti langsung menjawab, “Teruk sangat”. Bagaimana tidak, hari pertama ‘tour’ku di negeri Datok Siti ini, aku dicapekkan dengan masalah transportasi publik di negeri ini.


Di mulai pertama dengan menunggu bas sekolah, satu-satunya solusi transportasi mencegah keterisolasian kami di kampus megah yang bernama GMI ini. Satu-satunya solusi menegaskan bagaimana kami sangat membutuhkan dan merindukan bas bewarna kuning (maaf) taik itu. Ada juga sih beberapa alternatif lain, berjalan kaki misalnya. Solusi ini cukup efektif, apalagi pada saat-saat kantong kami kosong di akhir bulan. Kami pernah mencobanya pada awal-awal karir kami disini. It didn’t work well. Berjalan kaki sejauh dua kilometer adalah tindakan yang bisa di bilang nekat. Maklum, mudahnya transportasi di negara kita (dengan akses sepeda motor, labi-labi, dsb yang mudah) membuat kita menjadi jarang mempergunakan kekuatan otot quadriceps femoris kita. Selain itu, menurut informasi yang kami dengar, jarang ada orang yang berjalan kaki di jalan dari kampus kami ke UKM stesyen yang berjarak kira-kira dua kilometer tersebut. Isu-isu sih di situ banyak penjenayah (perampok/penjahat, red). Tetapi entah karena tidak tahu atau karena sifat nekat orang Indonesia, kami anteng-anteng saja berjalan kaki di jalan tersebut. Tapi setelah mendengar isu-isu tersebut, aku rasa tidak ada lagi orang Aceh yang tinggal di GMI ini yang nekat melewati jalan tersebut. Takut mungkin.

Ngomong-ngomong masalah sifat nekat orang Indonesia, kami punya pengalaman menarik yang selayaknya tidak di contoh oleh anda-anda semua yang ingin bepergian ke negara yang lebih beradab. Ceritanya begini. Jalan masuk ke quarter (flat/apartemen) tempat kami tinggal selama 6 bulan disini sangat jauh dan harus memutar kira-kira satu kilometer jaraknya karena kami harus melewati pos penjagaan yang dijaga oleh securiy (beberapa minggu lalu seseorang dari kami memanggil mereka dengan sapaan „Pak Satpam“, tapi mereka tersenyum. Mungkin mereka pikir Pak Satpam itu sapaan terhadap orang penting di Indonesia kali ya?). Padahal di dekat quarter tersebut terdapat jembatan yang langsung menembus ke jalan raya. Jembatan tersebut agak tinggi sehingga kalau kita mau menuju ke jalan raya harus mendakinya. Dan sialnya, jembatan itu tidak dibenarkan untuk di daki. Dasar orang Indonesia yang tidak mau capek dan inginnya instant saja, beberapa diantara kami ada yang mencoba mendaki jembatan tersebut (termasuk aku salah satu diantaranya walau niat itu belum kesampaian, hehe).

Rupanya pihak security GMI mengetahui kenakalan siswa asal Aceh tersebut sehingga menjadi hangat dibicarakan. Dan endingnya adalah keluarnya ancaman kepada kami supaya tidak mengulangi perbuatan konyol tersebut. Sekarang menjadi pertanyaanku, bagaimana mereka tahu ada yang menaiki jembatan itu ya? Apakah mereka (polis Malaysia atau security GMI) punya CCTV yang merekam aktivitas di semua jalan raya di sini?Uhmm. Bingung.

Melewati jalan tersebut dengan mengenderai kereta (mobil, red) jelas tidak memungkinkan bagi sebagian besar kami. Berapa lah allowance (uang saku) yang diberikan Kerajaan (pemerintah, red) Aceh kepada kami para siswa kursus ini. Jumlah tersebut tidak mencukupi kalau harus menyewa kereta di sini. Paling, cukup untuk membeli baisikal (sepeda, red) seperti yang dilakukan oleh salah seorang kawan kami. Masalahnya nanti adalah bagaimana nasib baisikal yang telah di belinya tersebut, akan dijual kembali , dihibahkan atau dibawa pulang ke Indonesia, hehe. Tetapi walaupun demikian, ada beberapa siswa Aceh yang memiliki kereta. Tapi itu hanya dua atau tiga orang dari keseluruhan tujuh puluhan siswa kursus di sini. Jadi kesimpulannya, mobil kuning Uncle India (karena sopirnya orang India) lah satu-satunya solusi transportasi pemecah keterisoliran kampus megah yang di beri nama German-Malaysian Institute ini.

Setelah menunggu sekian lama, akhirnya sampai juga mobil kuning itu dan aku bergegas ke UKM stesyen. Hari ini target destiny ku sudah jelas, kota Jitra yang dekat dengan Alor Star, ibukota Negara Bagian Kedah. Kesialan kedua kemudian muncul kembali. Lagi-lagi masalah transportasi. Tidak seperti hari biasa yang langsung dapat tiket tanpa perlu bersusah payah, hari ini aku harus mengantri untuk mendapatkannya. Puff. Tidak tanggung-tanggung 2 jam aku mengantri untuk mendapatkan kertas elektronik mungil itu. Mana kounter tiket yang di buka cuma satu dari dua yang ada. Seharusnya pihak Keretaapi Tanah Melayu Berhad (KTMB) yang menguasai komuter (kereta api) di sini bisa menyiagakan kaki tangan (pegawai) lebih banyak mengingat cuti (libur) tahun baru cina ini. Mereka tahu cuti yang beberapa hari ini pasti dimamfaatkan oleh semua orang Malaysia untuk bepergian. Dan komuter merupakan solusi transportasi publik masyarakat di sini.

Selain menunggu tiket yang lama, aku juga dihadapkan dengan persoalan lainnya setelah persoalan itu selesai: berdesak-desakan!!! Iya, aku harus menggunakan kata ulang dan tiga tanda seru untuk mempertegas maksudku. Berdesak-desakannya juga tidak kentara, seperti ‘payeh‘ (pepes) teri. Malah lebih parah. Pepes teri malah ada space dengan bumbu (campuran asam sunti, cabe rawit, bawang dan bubuk kunyit digiling halus dan dicampur air, hehe). Tetapi yang aku hadapi sekarang tidak ada space sama sekali. Totally all humans. Face to face. Wajah bertemu wajah. Dramatis benget kan? Ya separah itulah gambarannya. Analoginya hampir sama kalau kita naik DAMRI ke Darussalam pada pagi hari pertama OSPEK, hanya ada satu DAMRI yang beroperasi karena mogok dan labi-labi tidak beroperasi karena bensin di semua SPBU habis, hehe. Tapi inidibalik musibah bagi sebagian orang, malah menjadi rejeki bagi orang lainnya. Hal ini dimamfaatkan oleh pasangan yang sedang kasmaran untuk bermesraan di dalam KTM. Orang pun maklum. Tapi kalau seandainya tindakan haram ini dilakukan pada hari-hari biasa, orang-orang pasti akan memandang sinis, apalagi sudah ada peringatan yang di tempel di dinding KTM, tidak boleh berlaku seronok.

Tak tanggung-tanggung, ‘payeh bad story’ ini berlangsung selama lebih kurang seluruh perjalananku menuju ke stesyen Putra, tempat bas yang akan menuju ke Alor Star berada. Bisa dibayangkan, 1 jam berada dalam KTM dengan sistem pendingin terbatas dan disesaki oleh orang yang berasal dari berbagai ras (melayu, cina, india, negro) serta mengeluarkan aroma alami tubuhnya dengan cita rasa yang berbeda, wueekk. Seandainya pihak marketing Rexona jeli dalam melihat pasar, mereka pasti akan membuat iklan Rexona di sini dan aku hakkul yakin, Rexona akan lebih laris dari yang ada sekarang dan merajai pasar deodorant di seluruh dunia akhirat, hehe.

Singkat cerita akhirnya aku sampai juga di Stesyen bas Pudu Raya, stesyen yang lumayan besar dan menjadi terminalnya bas-bas yang akan menuju ke seluruh penjuru Malaysia. Aku menyukai sistem bas di sini, karena lebih tertib dan rapi (akhirnya). Tapi penilaianku berubah total setelah aku (lagi-lagi) harus dikecewakan dengan kewajiban menunggu lebih dari satu setengah jam untuk bisa naik ke bas yang akan membawa ku ke Alor Star! Nasib. Menunggu satu setengah jam dengan petunjuk yang tidak jelas membawa kita meraba-raba jam berapa kita akan berangkat dan dengan apa. Kita juga was-was apa bas kita sudah berangkat atau belum. Walau di tiket udah di tulis plat bas dan platform nya, tapi aku tidak mendapatkan info yang jelas kapan bas dapat ku naiki. Aku pikir lebih bagus sistem bus di negara kita, Aceh khususnya, yang memberikan info jelas dan mudah di mengerti. Dan disini juga berlaku sistem percaloan juga ku pikir. Argumen ku ini diperkuat dengan suatu fakta bahwa aku harus keluar stasion dan menuju ke jalan raya untuk bisa naik ke dalam bas. Mereka beralasan masuk ke dalam stesen bus terlalu lama. Dasar Asia, dimana-mana tetap sama, hehe. Aku juga kasihan dengan salah seorang turis asing yang aku tidak tahu kewarganegaraannya, terlihat bingung dan mondar-mandir tak tahu arah. Dia menanyakan kepada beberapa pihak termasuk kaki tangan stesyen, tetapi tidak menemukan jawaban yang memuaskan. Aku kasian kepadanya. Walau aku juga bernasib tidak lebih baik dari dia. Hehe..Pasti dia berbisik dalam hatinya: “This is my first and last trip to Asia especially to Malaysia“, hehe…

Sunday, January 25th [11:25 am]


NB: Payeh (Bahasa Aceh): Pepes 

2 komentar:

  1. Assalamu’alaikum.wr.wb.

    Kakak apa kabarnya? Semoga Kakak dan keluarga selalu ada
    dalam lindungan Allah swt. Amin.

    Perkenalkan, Nama saya Fitriani dari Rumah Zakat Indonesia.
    Saya bertugas sebagai ZIS Consultant Online Rumah Zakat Indonesia...apabila Kakak
    dan keluarga berminat mengamanahkan zakat, kurban, sedekah dan donasi
    program-program kemanusiaan melalui Rumah Zakat Indonesia Online,
    insya Allah saya siap membantu.

    Program-program yang kami miliki diantaranya:

    Healthcare
    * Layanan Rumah Bersalin Gratis
    * Siaga sehat
    * Layanan Pengantaran Jenazah
    * Operasi-operasi gratis
    * Khitanan Massal
    Educare
    * Kembalikan Senyum Anak Bangsa (anak asuh)
    * Kids Learning Centre (Pembinaan anak asuh)
    * Pusat Pengembangan Potensi Anak
    * Sekolah Juara
    Ecocare
    * Pembiayaan Usaha Kecil dan Mikro
    * Koperasi Syariah
    Youthcare
    * Pengembangan Kapasitas Pemuda
    * Pendampingan Masyarakat
    * Siaga Bencana
    Program Pendayagunaan Lain
    * Waterwell (pembangunan sarana air bersih)


    Rumah Zakat Indonesia saat ini telah menawarkan kemudahan
    dalam berzakat, berkurban, bersedekah dan berdonasi
    diantaranya melalui layanan transaksi online dan Pay Pall.

    Untuk bulan Mei ini, pogram yang kami kedepankan adalah
    Peduli Muslim Wamena, Siaga Sehat, dan Kemah Juara.
    Kami sangat mengharap partisipasi Kakak, sebagaimana para mustahiq kami
    mengharap uluran tangan dari saudara-saudara seimannya..

    Insya Allah saya akan membantu Kakak dalam memberikan informasi
    mengenai zakat atau program kami lainnya yang Kakak sampaikan
    melalui Rumah Zakat Indonesia.
    Silahkan email saya di fitriani_im@rumahzakat.org atau
    untuk YM di fitriani_rzi@yahoo.com.

    Terima kasih atas perhatian Kakak terhadap Rumah Zakat Indonesia..
    Mudah-mudahan harta yang senantiasa kita belanjakan di jalan Allah
    akan membersihkan dan melipatgandakan harta kita..aamin.
    Wa’alaikumsalam wr.wb

    --
    Fitriani
    ZIS Consultant RZI
    Jl. Turangga 25 C Bandung-Indonesia
    Phone : +62 22 733 2407
    Fax : +62 22 733 2478
    Mobile : +62 857 4059 1659

    Mail : fitriani_im@rumahzakat.org
    ID YM : fitriani_rzi

    http://www.rumahzakat.org

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum wrb, saya mohon maaf kalau postingan saya menyinggung perasaan anda semua tapi saya lillahi ta’ala hanya mau menceritakan pengalaman pribadi saya saya berharap ada yang sama seperti saya.perkenalkan terlebih dahulu saya siti tinggal di Padang,dulu saya penjual kue keliling himpitan ekonomi yang membuat saya seperti ini,saya tidak menyerah dengan keadaan saya tetap usaha,pada suatu malam saya buka internet tidak sengaja saya lihat postingan seseorang yang sama seperti saya tapi sudah berhasil,dia dibantu oleh nyi rawih tampa pikir panjang saya hubungi beliau saya dikasi pencerahaan dan dikasi solusi,awalnya saya tidak mau tapi sya beranikan diri mengikuti saran beliau,alhamdulillah berjalan lancar sekarang saya punya toko bangunan Jaya Abadi didaerah Padang,terimah kasih saya ucapkan pada Nyi rawih berkat beliau saya seprti ini,mungkin banyak orang yang menyebut saya mengada-ada tapi saya buktikan sendiri,khusus yang serius mau bantuan silahkan hub beliau di nmr 085377783434 ini pengalaman pribadi saya percaya atau tidak semua tergantung pembaca demi Allah ini nyata skekian dan terima kasih ,Assalamualaikum Wrb
    Dan beliau jg melalayani pesugihan
    Uang balik
    Sewah tuyul
    Pelaris dagangan dll

    BalasHapus