expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>
Sekali Lagi: Demoralisasi!
Komentar pembaca ketika masih awal-awal kuliah. Di muat di sebuah harian lokal Aceh sekitar tahun 2002-2003
Menarik membaca tulisan salah seorang siswi SMA Modal Bangsa pada rubrik “droe keu droe” hari Minggu (24/7) lalu. Saya jadi sangat terkesan. Sebuah tulisan tentang kecemasan siswi tersebut melihat perilaku muda-mudi – sebagian orang menggunakan kata ”penerus bangsa”, sekarang ini.Prihatin !!! (dengan tiga tanda seru dibelakangnya) sangat cocok digunakan untuk menggambarkan perilaku generasi muda, khususnya pelajar sekolah menengah kita saat ini.
Banyak hal yang mungkin menjadi alas an demoralisasi itu, dan salah satu sebab yang patut kita jadikan kambing hitam adalah media. Beberapa hari yang lalu saya sempat berdiskusi dengan salah seorang guru Bimbingan Penyuluhan (BP) di SMA saya yang dulu. Beliau mengeluhkan kondisi saat ini. Banyak hal yang dulu tidak penah didapatkan pada masa-masa saya sekolah, sekarang malah menjadi masalah yang sering terjadi (padahal selang saya bersekolah dengan sekarang hanya empat tahun). Ditemukannya VCD porno dalam tas seorang siswa sebuah SMA di ibukota kabupaten merupakan kasus yang – menurut saya – luar biasa.
Apalagi kalau film porno tersebut di install ke dalam telepon seluler dan ditonton pada saat guru mengajar di kelas !! Ini (seharusnya) merupakan kejadian yang luar biasa. Sekarang ini handphone merupakan sarana yang sangat mudah dalam menikmati suguhan yang seharusnya belum pantas menjadi tontonan mereka itu. Apalagi dengan berbagai kecanggihan fitur yang ditawarkan oleh vendor telepon seluler, semakin membuat kabur batasan antara tabu dengan yang tidak tabu. Guru BP tersebut boleh cemas. Juga banyak orang tua yang kini sangat hati-hati dalam menjaga pergaulan anak-anak mereka supaya tidak terjerumus dalam perilaku yang tidak baik tersebut. Tapi banyak juga orang tua yang anteng-anteng saja dengan perubahan cara berpikir anak muda sekarang. Terutama mengenai sesuatu yang dulu dianggap tabu, seks.
Saya jadi teringat dengan sebuah tulisan Bapak Aswendo dalam sebuah majalah belum lama ini. Beliau menilai sekarang ini sudah terjadi revolusi besar-besaran cara berpikir anak muda mengenai seks. Jika dulu seks itu merupakan sesuatu yang tabu dan membicarakannya adalah HARAM, maka sekarang ini lambat-lambat laun anggapan ini memudar. Terang saja, yang merasa terkejut dengan kondisi ini adalah para orang tua. Karena mereka menilai ini sudah berbeda dengan zaman mereka dulu. Sedangkan anak muda menganggap para orang tua kolot dan tidak memahami zaman mereka. Disinilah terjadi miskomunikasi yang menyebabkan maraknya kasus VCD porno.
Dalam rubrik ini saya tidak ingin menyalahkan siapapun. Saya hanya ingin memberi gambaran kepada kita semua. VCD porno dalam kalangan pelajar adalah sesuatu yang masih tabu dan HARAM hukumnya. Perlu tindakan tegas bagi setiap orang yang mengedarkan atau mengkonsumsinya. Apalagi bagi konsumen yang masih berstatus pelajar. Perlu sanksi yang berat untuk mencegah maraknya distribusi VCD porno ini. Dan pelaksanaan Syaria’t Islam merupakan momen yang sangat tepat untuk memerangi maraknya peredaran VCD porno dalam kalangan pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar